Iklan

Pegiat Literasi Resah Banyak Generasi Muda Buta Aksara Arab Melayu

Ustadz Ahyaruddin.(Poto: dok/portalkita.net)

PORTALKITA.NET, BUNGO - Ustadz Ahyaruddin, penggiat literasi Arab Melayu di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi menyampaikan keresahan tentang banyaknya generasi muda di bumi Andalas kelahiran tahun 1998-2010 yang tidak bisa menulis dan membaca Arab Melayu. 

Karena penulisan naskah dengan teks Arab Melayu ini menjadi salah satu tantangan bagi generasi muda di Jambi dalam memahami isi dari sumber ajaran Islam di bumi Melayu. Hal ini dikarenakan tidak semua orang dapat membacanya. 

Hal ini disebabkan karena kurangnya wadah tempat belajar dan kegiatan yang memfasilitasinya. Di zaman dulu, generasi muda di bumi Melayu belajar aksara Arab Melayu di surau, sekolah Arab atau madrasah diniyah dan majelis privasi di rumah tuan guru. 

"Sekarang surau-surau dan sekolah Arab tidak terlalu aktif di dusun-dusun. Penyebabnya kolektif, umumnya tata kelola dan keuangan yang tidak rapi. Kalau saya punya rutinan setiap malam Sabtu dan Minggu belajar, bisa diikuti siapa saja," katanya, Ahad (25/05/2025).

Dampaknya, kata Akyar, banyak generasi muda tidak memahami tata cara wudhu, fikih ibadah, tauhid yang mulai melenceng dan akhlak yang merosot. Sebab sumber belajar Islam yang digunakan ulama Sumatera mayoritas berbahasa Arab asli atau Arab Melayu. 

Kebanyakan, Guru-guru di bumi Melayu seperti Jambi, Riau, Aceh, Palembang, Bengkulu, Bangka Belitung mengajar dengan Kitab berbahasa Arab Melayu. Contohnya yaitu Kitab Sullamul Mubtadi', Kitab Perukunan, Kitab Tajul Muluk, Kitab Sirajul Huda, Kitab Tanbihul Ghofilin, Kitab Bidayatul Hidayah, Kitab Hikam, Kitab Jurumiyah, dan lain sebagainya. 

"Dulu di Kabupaten Bungo setiap desa ada madrasah yang dikelola oleh desa. Sekarang banyak yang tutup. Gaji guru tidak lancar dan bangunan Madrasah tidak terawat. Dulu kita belajar di sana," ungkapnya.

Akhyar menyebutkan, Madrasah di desa -desa dulunya dikelola secara swadaya. Gurunya pun tidak ada gaji bulanan. Kadang gajinya diberikan lewat hasil lelang makanan dan penjualan ikan dari lubuk larangan setahun sekali. Namun, di era sekarang tidak semua guru bisa bertahan dengan keadaan ini.

"Di Jambi, kalau kita lihat di setiap instansi pemerintah itu di depannya ada tulisan Arab Melayu. Seperti dinas pendidikan yang ditulis dengan aksara Arab Melayu. Cuma sayangnya, banyak yang tidak bisa baca," bebernya.

Mengatasi hal ini, Akhyar mengusulkan pemerintah provinsi dan kabupaten di Bumi Melayu untuk mensupport sekolah Arab dan surau agar kembali aktif mengajarkan aksara Arab Melayu. 

Selain itu, perlu menggerakkan kembali kegiatan kegiatan workshop tata cara membaca dan menulis Arab Melayu, tingkat lebih yaitu membedah manuskrip Arab Melayu (teks Jawi).

"Perlu kerjasama lintas sektor, seperti balai bahasa, dinas pendidikan, kementerian Agama, dinas arsip dan perpustakaan. Biar bisa jadi gerakan bersama," pintanya.

Gubernur Jambi Al Haris Gubernur mengakui penggunaan penulisan dan bahasa Melayu sudah mulai berkurang. Termasuk penggunaan Arab Melayu klasik. Secara instansi, Pemerintah Jambi memiliki komitmen kuat melindungi bahasa daerah di Provinsi Jambi dari kepunahan dengan melakukan upaya perlindungan dan penguatan bahasa Melayu.

"Kita sepakat melindungi aksara Melayu dari potensi kepunahan dengan cara pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan penguatan bahasa daerah Jambi," tandasnya.***




Penulis: Syarif Abdurrahman

Editor: S.Supriyadi