Al-Falah Empelu: Masjid Tertua di Kabupaten Bungo yang Didirikan oleh Rio Agung
![]() |
Masjid besar Al Falah, terletak di Dusun Empelu Kecamatan Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo, Jambi. Masjid ini menjadi wisata religi karena menyimpan sejarah.(poto: syarif/portalkita.net) |
PORTALKITA.NET, BUNGO - Bagi yang suka traveling dan kebetulan lewat di lintas sumatera jalur tengah, ada baiknya mampir serta shalat di Masjid besar Al-Falah di Dusun Empelu, Kecamatan Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo, Jambi.
Bukan tanpa alasan, Masjid Al-Falah merupakan tujuan wisata religi yang menyimpan sejarah panjang peradaban Islam di Provinsi Jambi karena berdiri sejak tahun 1812 Masehi. Hal ini juga menjadikan Masjid Al-Falah sebagai salah satu masjid tertua di bumi Sumatera.
Berjarak 31,6 KM dari Muara Bungo, pusat ekonomi dan pemerintahan Kabupaten Bungo. Menuju masjid ini bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan empat, karena letaknya tidak jauh dari lintas Sumatera jalur tengah.
Di zaman dulu, akses menuju masjid ditempuh dengan jalur Sungai Batang Tebo menggunakan perahu. Lokasi masjid berada di tepi aliran sungai Batang Tebo.
Menurut tokoh masyarakat Dusun Empelu, Datuk Rifa'i, Masjid Al-Falah adalah bukti nyata bahwa peradaban Islam di Provinsi Jambi sudah sangat maju sejak dulu. Baik dari segi ilmu, budaya hingga seni.
Awal berdiri, pengerjaan masjid tersebut dikerjakan secara bertahap. Sehingga akhirnya bentuk bangunan itu cukup megah seperti sekarang. Kala itu, Dusun Empelu pernah dipimpin oleh seorang Rio Agung Niat Tuanku Kitab. Rio Agung Niat Tuanku Kitab disebut-sebut merupakan Rio pertama di wilayah itu.
Rio Agung mengajak masyarakat Desa Empelu untuk bergotong royong mengambil kayu di hutan, untuk membangun sebuah rumah ibadah yang pada saat itu disebut pertama sekali sebagai Surau Al-Falah.
"Dulu orang sering mendatangi masjid ini untuk berdoa atau melihat arsitektur masjid, mereka datang dari dalam dan luar negeri. Ada kepercayaan, berdoa di sini mudah dikabulkan," jelasnya, Jum'at (8/8/2025).
Menurut penuturan Datuk Rifa'i, pendirian awal Masjid Al-Falah dikerjakan oleh Rio Agung bersama masyarakat, atas titah Pangeran Anom. Saat didirikan, bentuk bangunan Masjid Al-Falah masih berbentuk rumah panggung yang terdiri dari beberapa tiang, beratap daun rumbia, dengan dinding dari kayu, lantai dari bilah, bentuknya seperti rumah adat Bungo.
Datuk Rifa'i menambahkan, seiring berjalannya waktu, Surau Al-Falah direnovasi dan diubah namanya menjadi Masjid Al-Falah oleh Pangeran Anom. Alat yang digunakan juga cukup sederhana. Penggunaan masjid tersebut juga untuk kepentingan kemasyarakatan dan pemerintahan.
"Sebelum Pemerintahan Belanda berkuasa penuh pada 1906, daerah Kabupaten Bungo atau dikenal dengan Muara Bungo diperintah oleh seorang yang bergelar ’Pangeran Anom‘," katanya.
Dikatakannya, Pangeran Anom saat itu berkedudukan di Balai Panjang (Dusun Tanah Periuk) yang merupakan pusat pemerintahan kala itu. Pangeran Anom tersebut disamakan dengan Wakil Rajo atas Surat Perintah (ketetapan) dari Sultan Jambi. Karena kedudukannya, Pangeran Anom diberi sebutan sebagai ’Lantak Nan Tak Goyah‘.
Kekuasaan Pangeran Anom membawahi beberapa negeri yang disebut Bathin, seperti Bathin Batang Bungo, Bathin Jujuhan, Bathin Batang Tebo dan Bathin Batang Pelepat. Daerah Bathin membawahi beberapa dusun yang kepala pemerintahannya disebut Rio.
"Pada tahun 1827, Surau Al-Falah direnovasi menjadi bangunan berbatu dengan tembok dari semen. Pengerjaan bangunan dikerjakan oleh Abu Kasim dari Pulau Jawa dan telah lama tinggal di Malaysia," imbuh Datuk Rifa'i.***
Penulis: Syarif Abdurrahman
Editor: Apriliandi