Iklan

100 Hari Kerja Bupati Bungo Hanya Retorika, PETI Masih Menjamur Beroperasi

Ziqri Julian Saputra.(poto:syarif/portalkita.net)

PORTALKITA.NET, BUNGO - Tanggal 4 September 2025 merupakan 100 hari pertama kerja dari Bupati Bungo Dedy Putra dan Tri Wahyu Hidayat. Lalu apa hal yang menarik untuk diamati dari kinerja orang nomor satu di Bungo ini? 

Tokoh pemuda Kabupaten Bungo, Ziqri Julian Saputra mengatakan bahwa kinerja Bupati Bungo saat ini belum terlihat progresif yang nyata. Masih sebatas retorika menyenangkan masyarakat dan janji-janji. Salah satunya terkait Pertambangan Tanpa Izin (PETI) yang masih berkeliaran di Kabupaten Bungo. 

"Apa kabar kondisi PETI wilayah Bungo pasca 100 Hari terlantiknya Bupati Bungo Dedy Putra dan Tri Wahyu Hidayat, tetap ada. Apakah ini hanya sebagai janji manis terhadap masyarakat saja?," tanya Ziqri, Kamis (04/08/2025). 

Ziqri menambahkan, Bupati Bungo Dedy Putra dihadapan media dan anggota dewan bicara secara tegas akan memberantas PETI. Bahkan secara terang-terangan ia menjadikan pemberantasan PETI sebagai tugas wajib pasca dilantik. 

Pernyataan masalah PETI ini disampaikan Dedy Putra saat penetapan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Amaris Hotel Bungo. 

"Faktanya PETI di wilayah Kabupaten Bungo masih saja aktif beroperasi dan bahkan tidak merasa khawatir dengan pernyataan yang pernah Bupati sampaikan kepada publik," imbuhnya. 

Fakta ini, kata Ziqri, menimbulkan pertanyaan besar apakah kekuatan Pemerintahan Kabupaten Bungo dan aparat penegakan hukum di wilayah Kabupaten Bungo sudah tidak ditakutkan serta dihargai lagi keberadaannya bagi pelaku PETI. 

"Info yang saya dapatkan dari warga yang berada pada wilayah terdampak PETI cerita untuk kegiatan PETI tetap saja masih berjalan sebagaimana biasanya, dan justru saat ini sudah amat berani menjalar pada wilayah-wilayah yang mengarah ke pusat kota," ungkapnya.

Ziqri memaparkan dampak negatif yang diakibatkan dari aktifitas PETI ini juga didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pihak akademisi Universitas Muara Bungo(UMB).

Sampel air yang diambil oleh peneliti dan diuji pada 13-17 Juli 2025 di Laboratorium Dasar Kimia Universitas Bung Hatta menunjukkan hasil tingginya kadar Merkuri (Hg). 

Stasiun I (Dusun Timbolasi): 0,001 ppm

Stasiun II (Dusun Karak Apung): 0,144 ppm

Stasiun III (Dusun Pasar Buat): 0,059 ppm

Angka ini berarti kadar merkuri 72 kali lipat di stasiun II Dusun Karak Apung dan hampir 30 kali lipat stasiun III Dusun Pasar Buat, melebihi ambang batas aman baku mutu yang ditetapkan pemerintah. 

Peneliti menemukan fakta lapangan bahwa hanya dalam selang satu bulan dari survei awal, peneliti menemukan 2 hingga 3 unit alat berat PETI beroperasi di setiap stasiun. Kondisi sungai juga mengalami penurunan

"Dari fakta ini kita simpulkan bahwa aktifitas PETI amat sangat berbahaya jika terus didiamkan dan tidak ditindak secara tegas dan serius oleh pemerintah beserta pihak penegak hukum," tutupnya.***





Penulis: Syarif Abdurrahman 

Editor: Pristianita